Nasionalisme Lingkungan
Ironis sekali karena sekarang kita justru semakin jauh dari cita-cita Pendiri Bangsa (Founding Father) untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui persatuan dan kesatuan rakyatnya. Bahkan rasa persatuan dan kesatuan pun hanya tertuang di atas kertas, dikalahkan ego sektoral yang membumbung tinggi dan berujung pada semakin masifnya konflik kepentingan di berbagai sektor. Tak cukup hanya di sana, kini semakin banyak intelektual Indonesia yang tidak memperoleh ruang layak dalam mengembangkan ilmu, kemudian justru ‘memilih' bekerja di luar negeri. Padahal, di dalam negeri berbagai permasalahan dalam antisipasi dan penanggulangan bencana lingkungan selalu terbentur pada keterbatasan SDM dan buruknya koordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, swasta, dan elemen masyarakat.
Berkaca pada sejarah, pengelolaan sumber daya alam untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia merupakan amanah dalam menjalankan roda pemerintahan ini. Akan tetapi sekarang mayoritas hak eksploitasi SDA justru diberikan kepada perusahaan asing yang dilengkapi hak istimewa menyangkut hal-hal strategis, tetapi minim kontrol menyangkut keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar. Akibatnya, SDA habis, lingkungan rusak, rakyat tetap miskin, dan tragisnya negara tetap bergantung modal (finansial dan tenaga ahli) kepada luar negeri. Ternyata ide besar tentang pembangunan berkelanjutan saja tidak cukup. Kesadaran dan aksi bersama sebagai perwujudan nasionalisme merupakan modal dasar dalam memberlanjutkan lingkungan, memberlanjutkan bangsa.
BT Content Slider
Training ICSD 2014
29-30 Maret 2017
Tema : ENGAGING STAKEHOLDER : A STRATEGY FOR STAKEHOLDERS ENGAGEMENT Waktu : 29 - 30 Maret 2017 Tempat : Hotel Ambhara, Jalan Iskandarsyah Raya No. 1, Jakarta Selatan.
Comments
RSS feed for comments to this post